Salim Halim SH MH Berharap: Kita Harus Tetap Bersyukur
Medan, Ucapan syukur patut kita panjatkan kepada Sang Pencipta sehingga Hari
Ulang Tahun (HUT) Ke 6 Dewa Tay Seng Hud
Co (Dewa Kera) di Vihara Avalokitesvara Jl Dairi No 8 Medan
berlangsung aman dan kondusif mengadakan sembahyang syukuran kepada Yang Maha Kuasa dimulai sejak
Jumat 16 September- 23 September 2016
ditandai dengan sembahyang bersama anggota sebanyak lebih kurang 300 anggota
Avalokitesvara yang beragama Budha dan
terbuka untuk umum demikian disampaikan disampaikan Salim Halim SH MH
didampingi Ketua Panitia melalui
pengurusnya Hendro menuturkan, “Kita berterimakasih kepada Sang Pencipta dapat
merayakan HUT Ke 6 Dewa Tay Seng Hud Co
Vihara Avalokitesvara terlaksana atas kerjasama
sesama pengurus dan anggota yang senantiasa hidup dalam kebersamaan
rukun sebagai umat beragama memberikan
saluran berkat bagi sesama misalnya bantuan sembako bagi keluarga miskin
berupa beras setiap hari besar” tuturnya
Dalam HUT
Ke 5 Avalokitesvara mengadakan opera, Wayang orang, drama sejarah nenek
moyang di Tiongkok Dewa Ching dalam kekaisarannya
dengan gerak bahasa tubuh dan bahasa yang memikat hadirin di atas panggung dari
Tiongkok/RRC pemainnya mengenakan gaun yang afik, sesuai ciri khasnya,
Barongsai, juga makan bersama berupa nasi sayur, lontong
sayur, martabak telor, sate, kue-kue dan buah disediakan panitia. Sebelumnya
kepedulian sosial terus mengalir bagi warga kita berikan berupa sembako dan
pengobatan demikian imbuh Hendro didampingi Lies Yanti, Johan A Hui
Dijelaskan Salim Halim bahwa Manusia
memerlukan perlindungan untuk menghadapi persoalan-persoalan yang datang silih
berganti, yang seperti di depan saya sebutkan sangat hebat sekali suatu saat
menimpa kehidupan kita. Dalam keadaan yang seperti itu Saudara, manusia mencari
pertolongan, perlindungan, kekuatan bahkan dan kadang-kadang manusia mencari
dari manapun juga untuk bisa segera lepas dari segala macam beban yang rasanya
menghimpit dengan amat berat sekali. Mereka pergi mungkin ke tempat-tempat
keramat, ke tempat-tempat pemujaan yang dianggap ampuh. Ke gunung-gunung yang
besar ke kekuatan-kekuatan alam yang mungkin dipercayai bisa memberikan bantuan
kekuatan pada dirinya untuk mengatasi dalam menghadapi persoalan-persoalan
kehidupan yang berat itu, berharap pemerintah memberikan perhatian yang tulus, fokus
terhadap rakyatnya, tutur Salim
Dituturkannya, “Saudara-saudara, umat Buddha
tentu sudah dibekali dengan perlindungan. Sejak awal seseorang mengenal Ajaran
Agama Buddha dan kemudian menerimanya dengan kesadaran dan pengertian, maka
sejak awal orang ini kemudian menyebutkan, menyatakan dengan kesungguhan
"Aku berlindung kepada Buddha, aku berlindung kepada Dhamma, aku berlindung
kepada Sangha". Buddham saranam gacchami, Dhammam saranam gacchami,
Sangham saranam gacchami. Saat pertama sekali seseorang mengucapkan aku
berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha dengan sadar dan mengerti apa yang
diucapkan, pada saat itulah dia sebagai umat Buddha, dia sudah menjadi umat
Buddha, sekalipun tidak dengan upacara yang resmi, tidak dengan pentahbisan
pemercikan air dan sebagainya. Pernyataannya berlindung kepada Tri Ratna itu
yang diucapkan dengan sadar dan dimengerti artinya yang membuat seseorang
menjadi umat Buddha.” Tuturnya
Selanjutnya di terangkannya bahwa, “Nama
Bodhisattva Avalokitesvara adalah perkataan Bahasa Sansekerta yang artinya
Pribadi Maha Agung yang mahir dalam mengobservasi atau memandang sesuatu dengan
cara yang mudah atau Pribadi Maha Agung yang mahir dalam memandang dan
mendengarkan suara - suara dunia yang penghuninya mengalami penderitaan dan
beliau siap untuk menolongnya, Bodhisattva Avalokitesvara dapat mengubah
dirinya dalam beratus macam bentuk menurut keperluannya. Pratima beliau yang
umumnya kita temui di tempat - tempat ibadah dan banyak diperjualbelikan antara
lain dalam bentuk sedang berdiri memegang botol yang berisi air kehidupan di
tangan kiri dan setangkai dahan Yang Liu di tangan kanan. Ini mengandung arti
Beliau selalu bersedia menolong manusia dan membebaskan dari penderitaan,
penyakit dan kebimbangan dan sebagainya. Sedangkan dalam posisi duduk bersila
(bermeditasi) dengan sebutir bola ditangannya, mengandung makna Beliau terdapat
di segala pelosok dunia atau beliau telah bebas dari kekangan dunia,” tutur
Salim Halim
Ditegaskannya, "Banyak pula yang
berbentuk sangat istimewa, yakni Bodhisattva Avalokitesvara dengan banyak
tangan terdapat satu mata, yang bermakna kekuasaan dan pengaruh beliau sangat
luas, dan dapat menjelma dalam ratusan bentuk, serta dapat melihat seluruh
pelosok dunia, ada pula yang dilukiskan bagai setan yang ganas dan bengis,
matanya membelalak dan berbadan raksasa yang bermakna Beliau dapat melindungi
umat dari gangguan setan atau mara-jahat." urainya
Semetara
secara keseluruhan bentuk Avalokitesvara berwujud sebagai orang suci yang
bertugas membimbing manusia menjauhkan diri dari perbuatan jahat agar melakukan
kebajikan. Menurut kitab suci agama Buddha Mahayana Dharani Sutra, beliau telah
mencapai tingkat Ke-Buddhaannya pada zaman yang telah lampau, dalam banayk
kalpa (periode jutaan tahun) yang tak terhitung banyaknya. Beliau dinamai Hyang
Tathagata yang dari badannya memancar cahaya yang yang terang benderang dan
telah memegang teguh Dharma yang benar. "Beliau memanifestasikan diri sebagai Bodhisattva untuk menolong, membantu Hyang BUddha Amitabha di Tanah Suci, untuk menyeberangkan makhluk - makhluk yang masih mengalami penderitaan agar tiba di Tanah Suci atau Surganya Hyang Buddha Amitabha (yang dinamai Tanah Suci Sukhavati, yang terletak di sebelah barat dari bumi atau alam semesta kita ini). Cinta Kasih dan Welas Asih adalah watak Bodhisattva Avalokitesvara, bersama-sama dengan kebijaksanaan besar yang telah beliau punyai," demikian imbuhnya. "Selamat HUT ke 6 Wihara Avalokitesvara." (Adith)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar